Laskar89 adalah kelompok agama yang berbasis di Indonesia yang telah mendapatkan perhatian dalam beberapa tahun terakhir karena keyakinan dan tindakan radikalnya. Kelompok ini, yang didirikan pada tahun 1989, dipimpin oleh pemimpin karismatik Ahmad Moshaddeq, yang mengklaim sebagai nabi Allah dan penerus nabi Islam Muhammad.
Keyakinan Laskar89 berakar pada interpretasi Islam yang ketat, yang mereka yakini harus diimplementasikan dalam semua aspek masyarakat. Mereka mengadvokasi pembentukan kekhalifahan Islam dan implementasi hukum Syariah, yang mereka lihat sebagai satu -satunya cara untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan moral.
Salah satu prinsip utama dari ideologi Laskar89 adalah kepercayaan pada kedatangan Mahdi yang akan segera terjadi, seorang tokoh mesianis dalam eskatologi Islam yang akan datang untuk mengantarkan era baru perdamaian dan keadilan. Pengikut Laskar89 percaya bahwa Ahmad Moshaddeq adalah Mahdi dan bahwa kepemimpinannya sangat penting untuk pembentukan kekhalifahan Islam.
Laskar89 juga telah diketahui mendukung pandangan anti-Barat dan anti-Semit, memandang Amerika Serikat dan Israel sebagai musuh Islam yang harus dikalahkan. Kelompok ini telah terlibat dalam beberapa insiden kekerasan, termasuk serangan mematikan di kantor polisi pada 2010 dan kerusuhan di Jakarta pada tahun 2016.
Terlepas dari keyakinan dan tindakan radikalnya, Laskar89 memiliki pengikut yang signifikan di Indonesia, khususnya di antara komunitas yang terpinggirkan dan kehilangan haknya. Banyak pengikutnya tertarik pada pesan keadilan sosial kelompok dan janji masa depan yang lebih baik di bawah pemerintahan Islam.
Para kritikus Laskar89 menuduh kelompok itu menghasut kekerasan dan mempromosikan ekstremisme. Mereka berpendapat bahwa interpretasi kaku kelompok Islam tidak sesuai dengan modernitas dan bahwa tindakannya merupakan ancaman bagi masyarakat pluralistik Indonesia.
Secara keseluruhan, mengeksplorasi ideologi dan kepercayaan Laskar89 memberikan wawasan tentang hubungan yang kompleks dan seringkali kontroversial antara agama, politik, dan masyarakat di Indonesia. Sementara radikalisme dan kekerasan kelompok menjadi perhatian, memahami faktor -faktor yang telah menyebabkan kenaikannya dapat membantu para pembuat kebijakan dan peneliti mengatasi akar penyebab ekstremisme dan meningkatkan toleransi dan pemahaman dalam masyarakat Indonesia.